Era Disrupsi Sebagai Tantangan Perguruan Tinggi (AICIS 2019)

disrupsi

Jakarta- Dalam upaya  menanggapi  era digital yang ditandai dengan disrupsi atau perubahan yang tidak linear dan sering kali mengganggu kemapanan yang terjadi di masing-masing kampus, maka  diskusi on stage yang dilakukannya sesaat setelah sesi pembukaan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2019 sangat menarik.  Kegiatan dengan mengangkat tema “Islamic Higher Education (IHE)’s Response to the Era of Distrupsion”  dipandu langsung oleh Prof. Dr. M. Arskal Salim, M. Ag selaku Direktur Pendidikan Tinggi Keagama Islam, pada selasa malam (01/10).

disrupsi

Diskusi on stage ini adalah diskusi  pengantar sebelum dilaksanakannya diskusi panel pada hari ke dua (2/10), dengan menghadirkan enam Rektor dan Ketua perempuan dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sebagai pembicara, yaitu Amany Lubis (Rektor UIN Syarif Hidayatullah), Faizah Binti Awad (Rektor IAIN Kendari), S. Maryam Yusuf (Rektor IAIN Ponorogo),  Ridha Ahida (Rektor IAIN Bukittinggi), Enizar (Rektor IAIN Metro) dan Inayatillah (Ketua STAIN Meulaboh)

 

 

Pada sesi pertama, Prof. Dr. M. Arskal Salim, M. Ag selaku moderator diskusi, meminta tanggapan pada Rektor dan Ketua PTKIN terkait pandangannya melihat tantangan mendasar pendidikan Islam  di era disrupsi. “Seperti yang telah saya lakukan di IAIN Kendari, bahwa di era digital ini perguruan tinggi harus menguatkan spiritual imune, yaitu perlu adanya motivasi. Secara akreditatif motivasi membutuhkan ketegaran, keuletan dan kesungguhan dari setiap dosen dan pimpinan,” ujar Faizah Binti Awad Rektor IAIN Kendari.

“Memang kalau jumlah mahasiswi lebih banyak, dari segi populasi memang perempuan secara umum lebih banyak. Kemudian orang tua lebih suka anak perempuannya masuk PTKIN karena dinilai lebih aman buat puterinya” jawaban dari S. Maryam Yusuf Rektor IAIN Ponorogo menanggapi pertanyaan yang ke dua dari Prof. Dr. M. Arskal Salim, M. Ag. Saat itu Direktur Diktis tersebut menanyakan tentang jumlah mahasiswi yang seringkali lebih banyak dari jumlah mahasiswa dan bagaimana rektor atau ketua melihat dan memaknai peta tersebut jika dikaitkan dengan tantangan pendidikan islam di era disrupsi. Di akhir pernyataannya, Maryam Yusuf juga menjelaskan bahwa pendidikan di era disrupsi harus dibarengi dengan pendidikan karakter, pendidikan tasawuf dan perlunya keteladanan dari dosen/pendidik. (Humas IAIN Ponorogo)

 

Visit us at:
Website : www.iainponorogo.ac.id
Facebook : IAINPonorogo
Instagram : @humas_iain_ponorogo
Twitter : @Ponorogo_IAIN

Berita Lainnya