Al-Qur’an dan Kontestasi Perebutan Kebenaran Islam ( Book Review AICIS 2019 )

 

Ada ayat-ayat al-Qur’an yang terkesan kontradiktif, yakni al-Baqarah: 62 dan Ali Imran: 85. Akibatnya lahir pemahaman beragam tentang Islam. Pemahaman mainstream selama ini “Islam” adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saja dengan (Ali Imran: 85), di sisi lain, al-Qur’an menyebut “Islam” sudah ada sebelum kehadiran nabi Muhammad, dan dianut oleh semua Nabi (al-Baqarah: 62). Pemahaman terhadap dua ayat ini mempengaruhi pemahaman masyarakat tentang sikap al-Qur’an terhadap penganut agama di luar agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, terutama Yahudi dan Nasrani. Berdasar latar belakang ini Buku Aksin hendak membahas dua masalah utama, yakni:  esensi Islam dan sikap al-Qur’an terhadap Yahudi dan Nasrani.

Paparan di atas adalah narasi awal Dr. Aksin Wijaya, M.Ag.  saat mengisi acara Book Review dalam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-19 di Jakarta, Rabu 2 Oktober 2019. Dr. Aksin Wijaya yang juga Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo adalah salah satu pembicara dalam acara Book Review tersebut. Bukunya yang berjudul Kontestasi Merebut Kebenaran Islam di Indonesia disandingkan dengan karya dari kampus lain, yaitu Islah Gusmian (IAIN Surakarta), Tafsir Al-Qur’an & Kekuasaan di Indonesia, dan Abad Badruzaman (IAIN Tulungangung), Dialektika Langit dan Bumi.

 

Meski banyak on stage discussion atau pembagian banyak venue dengan beragam topik diskusi, bedah buku Aksin dan dua penulis lainnya mendapatkan banyak perhatian pengunjung. Besar kemungkinan ini disebabkan karena buku Aksin dinilai sensitif dan merupakan topik kontroversial dalam wacana keislaman di Indonesia.

Di antara yang kontroversial itu, berdasar tuturan Aksin adalah bahwa al-Qur’an mendahulukan sikap apresiatifnya terhadap penganut Yahudi dan Nasrani. Mereka merupakan bagian dari monoteisme Islam dan hanifiyah Ibrahim. Perbedaan di antara ketiganya hanya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang bersifat furu’iyah, bukan ushuliyah, baik akidah maupun syari’ah. Karena itulah, al-Qur’an mengajarkan umatnya agar bersikap toleransi kepada Yahudi dan Nasrani, bersikap bijak, memberi nasehat yang baik, dan jika pun harus berdialog, maka berdialoglah dengan cara yang paling baik “ahsan”.

Di akhir paparan Aksin terlihat beberapa peserta mengajukan pertanyaan kritis. Di antaranya adalah, jika Aksin, penulis buku, melakukan kritik terhadap nalar dikotomik dalam memahami Islam Islam, apakah penulis sendiri tidak terjebak pada nalar yang serupa. Pertanyaan lain berkaitan dengan apa makna kebenaran dalam buku tersebut, kebenaran pada level apa yang dimaksud, teologis, etis atau epistemologis. Semua pertanyaan dijawanb secara baik oleh Aksin.

Berita Lainnya