Pimpinan IAIN Ponorogo mengikuti arahan Prof. Nur Syam menjawab tantangan PTKI

 

Pamekasan. Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) sedang berada di era prubahan yang cepat. Hal inilah yang menjadi tema lanjutan dalam seminar dan rapat koordinasi (Rakor) Pimpinan PTKIN ex Sunan Ampel Surabaya. Seperti yang ditulis di artikel seblumnya, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari (26-28/3/2021) yang dilaksanakan di Gedung Pertemuan IAIN Madura.

Tantangan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) sedang berada di era prubahan yang cepat cukup banyak. Inilah isu yang diangkat Prof.Dr. Nur Syam, M.Si, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus Founder Nursyam Centre (NSC) dan Friendly Leadership Training. Beliau hadir sebagai pembicara utama dalam tema seminar ini. Di era kompetisi global ini, PTKI mau tidak mau juga harus mengikuti kompetisi yang ada. Perubahan-perubahan yang cepat di era kompetisi gobal memaksa PTKI juga harus secair mungkin untuk bisa megikuti dan bertransformasi.

Lebih lanjut lagi, Prof. Nur Syam, sapaan akrab beliau, dalam paparan di power point beliau juga menjelakan bahwa  PTKI sekarang menghadapi tantangan Sumber Daya Manusia. Tantangan SDM saat ini adalah bagaimana sumberdaya manusia sudah berbasis 4’C (Capacity And Competency, Critical Thinking And Problem Solving, Communications And Collaborations). Ketrampilan 4c ini mutlak diperlukan di era kompetisi global sekarang ini, oleh sebab itu maka PTKI mempunyai kewajiban melatih kemampua 4c kepada mahasiswanya. 

Poin tantangan berikutnya menurut Prof. Nur Syam adalah PTKI menghadapi tantangan Teknologi Informasi yang semakin canggih (Era Artificial Intelligent), PTKI menghadapi tantangan manajemen baru, menuntut efektivitas dan efisiensi manajemen. Dan PTKI juga menghadapi tantangan lingkungan sosial, politik, agama dan kebudayaan dan ekonomi yang mendasar.

Prof. Nur Syam menjabarkan beberapa poin perubahan yang bisa dilakukan. Yang pertama adalah bagaimana manajemen organisasi PTKI harus ikut bertransformasi. Saat ini POAC : Planning, Organizing, Actuating, and Controlling sudah banyak ditinggalkan. Hal tersebut karena metode POAC dirasa tidak relevan lagi di era Revolusi Industri 4.0 ini. PTKI perlu merubah manajemen organisasinya menjadi PDCA (Plan, Do, Check, Act). PDCA merupakan solusi managerial di era disruptif. Dalam pengaplikasian manajemen PDCA ini, pimpinan PTKI harus terlibat langsung di dalam pencapaian tujuan Bersama.

Berbicara mengenai kepemimpinan di PTKI, Prof. Nur Syam juga memaparkan dalam slidenya. Pada saat ini, era kepemimpinan adalah era menjemput bola, bukan didatangi bola. Perubahan yang cepat karena globlalisasi juga menuntut pimpinan untuk memutuskan dengan cepat sebuah kebijkan dan perencanaan, bukan seperti ungkapan “alon-alon waton kelakon” lagi. impinan dituntut untuk mendengarkan para bawahannya, bukan lagi hanya memberikan wejangan. Hal tersebut untuk mengetahui kondisi real suatu pekerjaan. Pimpinan PTKI selanjutnya dituntut untuk berpikir detail bukan general, memahami operasional dan bukan lagi konsep, bekerja bersama tim dan bukan kerja sendirian, era melayani bukan dilayani, dan melakukan pelayanan optimal dan bukan pelayanan seadanya.

Selanjutnya Prof. Nur Syam menggambarkan dalam poin di slide beliau mengenai Era Baru Manajemen Kurikulum yang harus dihadapi. PTKI saat ini harus melakukan beberapa hal antara lain wajib melakukan perubahan kurikulum yang selaras dengan perubahan zaman, memikirkan tentang relasi antara pendidikan, riset dan pengabdian masyarakat, memikirkan untuk mengubah orientasi kurikulum dari giving knowledge ke giving experiment atau giving know how, memikirkan tentang lingkungan teknologi informasi yang makin kuat, dan mengubah kurikulum seirama dengan tuntutan perubahan zaman. Prof. Nur Syam menggaris bawahi bahwa PTKI bisa mendirikan Pusat Studi dan Implementasi Kampus Merdeka dan Belajar Merdeka.

Tantangan-tantangan besar lain yang dihadapi PTKI adalah tantangan di era baru sebuah manajemen kelembagaan. Dimana lembaga-lembaga di PTKI harus mempunyai langkah nyata dan konkret menghadapi era globalisasi ini. Selanjutnya adalah perlu difikirkan bagaimana memanajemen Sumber Daya Manusia atau SDM. Salah satu pengembangan SDM yang perlu dilakukan adalah pengembangan tenaga pengajar yaitu dosen.

Sedangkan era baru  manajemen Teknologi Informasi menuntut adanya Smart Campus. Oleh sebab itu diperlukan penguatan IT, SDM dan sistem IT yang mendukung tujuan membangun smart campus tersebut. Salah satu yang patut menjadi pembelajaran bersama adalah bagaimana dampak positif Covid-19 bisa mempercepat budaya IT di PTKI. Langkah selanjutnya adalah penguatan manajemen pelayanan berbasis IT. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah agar dipetakan layanan apa saja yang bisa dilakukan dengan IT di kampus.

Menurut Prof. Nur Syam, manajemen lain yang perlu diperhatikan oleh PTKI adalah Manajemen Pembelajaran, Manajemen Lingkungan di Kampus, serta Manajemen Berbasis Religiusitas yang menjadi ruh PTKI itu sendiri.

Di akhir penjelasan, Prof. Nur Syam memberikan saran kepada pimpinan PTKI ex Sunan Ampel Surabaya guna menjawab semua tantangan di atas. Menurut beliau diperlukan formula 5 K, yaitu kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas, Kerja Solid, dan Kerja sama.

Pada kesempatan itu pula, ada pemberian kenang-kenangan oleh Prof. Nur Syam kepada semua rektor yang hadir dalam seminar dan rakor tersebut. Buku yang berjudul “Perjalanan Etnografis Spiritual” itu secara langsung diberikan beliau kepada pimpinan PTKIN ex Sunan Ampel.

Berita Lainnya