Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) IAIN Ponorogo bekerja sama dengan Jaringan GUSDURian adakan seminar mengenai nilai nilai Gus Dur. Kegiatan ini bertajuk Gus Dur Memorial Lecture. Bekerjasama dengan Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, acara ini mengambil tema “Gus Dur dan Narasi Islam Ramah”. Acara digelar di Graha Wathoe Dhakon IAIN Ponorogo, menghadirkan Mas Savic Ali sebagai pembicara utama kegiatan ini.
Hadir dalam kegiatan ini adalah mahasisawa IAIN Ponorogo dan juga perwakilan dari penganut agama lain. Harapannya adalah bahwa nilai-nilai universal dan kemanusian Gus Dur bisa terus menjadi teladan bagi semua manusia.
Hadir juga dalam kegiatan ini adalah Jay Akhmad selaku Koordinator Seknas Jaringan GUSDURian. Gus Dur Memorian Lecture adalah sarana untuk mengenang sosok Gus Dur dan warisan intelektualnya. Nilai-nilai intelektual Gus Dur sudah selayaknya untuk terus digali sebagai pembelajaran ke depannya.
Jay Akhmad, selaku Koordinator Seknas Jaringan GUSDURian dalam welcoming speech mengatakan bahwa Gus Dur sebagai tokoh islam yang moderat menyampaikan gagasan islam yang ramah di tengah banyaknya narasi islam yang penuh dengan marah. Salah satu quotes Gus Dur adalah “Kita butuh islam yang ramah, bukan islam yang marah”. “Kegiatan ini penting sebagai sarana menggali pemikiran Gus Dur seperti di atas khususnya di ranah sivitas akademika” ujar beliau.
Prof. Dr. H. Miftahul Huda, M.Ag. selaku Wakil Rektor III IAIN Ponorogo dalam keynote speech mengatakan selamat datang para peserta dan juga Seknas GUSDURian di IAIN Ponorogo. Prof Huda yang pada kesempatan ini mewakili Rektor IAN Ponorogo yang berhalangan hadir mengatakan bahwa kegiatan ini adalah sebagai bentuk untuk meneguhkan kembali ajaran pemikiran dan tauladan Gus Dur. “Ajaran dan tauladan Gus Dur perlu diteguhkan terus. Karena ajaran Gus Dur sampai sekarang masih berkolerasi. Masih dibutuhkan oleh Indonesia secara keseluruhan” ujar beliau.
Prof Huda juga menghaturkan rasa terimakasih atas terselenggaranya kegiatan ini. Harapannya adalah dengan kerjasama memberikan kemanfaatan ke depan. Prof Huda sendiri teringat akan wejangan Gus Dur yang secara langsung diberikan oleh beliau. Gus Dur lebih banyak berbicara mengenai sisi kemanusiaan, silaturohmi, dan kerukunan antarumat manusia.
Mohamad Syafi’ Alielha atau biasa dipanggil mas Savic Ali sebagai pembicara utama dalam seminar ini. Dimoderatori oleh Lutfiana Dwi Mayasari. Beliau mengajak untuk mengenang bagaimana GUSDURian ini dahulu terbentuk. Ada rasa yang sama untuk kembali meneguhkan kembali nilai jaran Gus Dur dalam menghadapi tantangan masa kini. Bagaimana Islam yang ramah begitu penting dalam mengambil peran dalam masyarakat.
Savic Ali mencontohkan bahwa selama ini Gus Dur terus mendengungkan ajaran-ajaran yang ramah kepada siapapun. Sehingga siapapun orangnya dan apapun agamanya pasti akan nyaman untuk dekat dengan Gus Dur. Nilai-nilai ramah ini perlu untuk terus diteledani.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Launching Gus Dur Corner. Bertempat di Lantai II Perpustakaan IAIN Ponorogo. Melalui Gus Dur Corner ini diharapkan untuk terus bisa menghidupkan dani ajaran-ajaran Gus Dur. Sebagai teladan kehidupan berbangsa. (SY)