Sivitas Akademika IAIN Ponorogo berpartisipasi pada AICIS 2022

Pembukaan AICIS 2022

(sumber foto : AICIS TV)

Kementerian Agama Kembali menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS). Kegiatan dengan ini berlangsung di Mataram 20-22 Oktober 2022 dengan tema “Future Religion in G-20, Digital Transformation, Knowledge Management and Social Resilience”. AICIS 2022 ini diikuti oleh para akademisi kampus Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTKIN) dan melibatkan juga pembicara kunci denagn latar belakang yang berbeda. Demikian isi sambutan di awal oleh Menteri Agama RI, Yaqu Qolil Qoumas.

Segenap Sivitas Akademika IAIN Ponorogo turut hadir dalam AICIS ini. Mulai dari Ibu Rektor IAIN Ponorogo, Dr. Hj. Evi Muafiah, M.Ag. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan, Dr. Mukhibat, M.Ag. Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. H. Agus Purnomo, M.Ag. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. MIftahul Huda, M.Ag. Direktur Pascasarjana, Dr. Muh. Tasrif, M.Ag. Dekan Fakultas Syariah, Dr. Hj. Khusniati Rofiáh, M.S.I. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag. Dekan Fakultas Ushulludin Adab dan Dakwah, Dr. Ahmad Munir, M.Ag. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag. Kehadiran sivitas akademika IAIN Ponorogo ini sebagai bentuk dukungan penuh atas terselenggaranya AICIS ini. Guna dapat berkontribusi sesuai dengan tema besar AICIS tahun ini yaitu “Future Religion in G-20, Digital Transformation, Knowledge Management and Social Resilience”.

Seperti disebutkan di atas, hadir Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas. Gus Menteri hadir selain untuk membuka acara ini juga memberikan arahan mengenai AICIS ini. Menurut beliau, AICIS adalah event kajian islam namun kali ini juga menghadirkan dari elemen agama lain sehingga menjadikan AICIS ini sebagai event yang moderat. Hal ini sesuai dengan yang selama ini program Kementerian Agama untuk mengimplemantisakan moderasi beragama.

Menag kembali berpesan tentang pentingnya rekonsteksualisasi Islam melalui wahana-wahana akademis dan intelektual seperti AICIS ini.  Selain guna mengembangkan kajian-kajian keislaman dari kalangan dosen dan akademisi lain, AICIS ini menurut Gus Menteri juga sebagai wadah silaturahmi para akademisis PTKIN seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, Gus Menteri menyoroti beberapa hal. Menurut beliau hingga saat ini bahwa wawasan islam klasik masih didominasi oleh pandangan yang melihat bahwa non-mulsim sebagai musuh atau sebagai pihak yang dicurigai dan diwaspadi.

Lanjut beliau, non-muslim dinyatakan tidak memiliki kedudukan dan hak yang setara dengan muslim di berbagai ruang publik. Padahal menurut beliau, keadaan pola ini memiliki kedudukan yang kuat di mata umat islam sehingga menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi para akademisi. Proses-proses sosial politik menurut beliau sangat menentukan terwujudnya otoritas tersebut, sehingga diperlukan bentuk strategi khusus.

Setidaknya Gus Menteri memberikan tiga elemen utama sebagai bangunan strategi mengenai hal ini. Pertama, mendorong berkembangnya wacana rekontekstualisasi Islam melalui wahana-wahana akademis dan intelektual.

Elemen kedua, adalah medorong terbentuknya konsensus-konsensus di antara kekuatan-kekuatan politik global untuk mendukung upaya rekontekstualisasi Islam dan melegitimasi pandangan Islam yang sesuai konteks kekinian dan nilai-nilai kemanusiaan.

Elemen ketiga, adalah mendorong tumbuhnya gerakan sosial di tingkat akar rumput untuk menerima nilai-nilai kemanusiaan sebagai nilai universal yang mempersatukan seluruh umat manusia serta mengoperasionalkannya dalam kehidupan sosial-budaya yang nyata.

Lebih lanjut Gus Menteri mengatakan, “Karena yang dihadapi adalah masalah global, maka strategi yang dibangun untuk mengatasinya pun harus berskala global pula. Kita berharap, AICIS menghasilkan peta jalan yang dapat dieksekusi dengan melibatkan para pemimpin dunia, bukan hanya pemimpin agama dan bukan hanya agama Islam saja, tapi seluruhnya secara inklusif, termasuk para pemimpin politik, pemimpin organisasi-organisasi sosial dan pusat-pusat pendidikan, selebriti, dan sebagainya,”

Gus Menteri melihat bahwa rekonstektualisasi Islam sangat  penting untuk diingat dan diresonansikan kembali. “Apalagi, dunia saat ini sedang di ambang kekacauan, seiring adanya perang, resesi global, kelangkaan energi dan pangan, serta pertentangan antar agama dan keyakinan yang masih saja terjadi,” lanjut Gus Menteri.

Acara dilanjutkan dengan ceremony pembukaan AICIS. Gus Menteri membuka acara ini secara simbolis dengan pemukulan gendang belik bersama dengan Gubernur NTb, Dirjen Pendis, Rektor UIN Mataram, dan Ketua AICIS.

Berita Lainnya