Wamenag Tutup AICIS 21 Bali, Hasilkan Bali Document

Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-21 di Bali resmi ditutup oleh Wakil Menteri Agama, Dr. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si., Kamis (03/11/2022).

AICIS ke 21 yang dibuka di Mataram oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, mengambil tema yaitu Future Religion in G20, dengan subtema Digital Transformation, Knowledge Management dan Social Resilience.

Topik tersebut menghasilkan konferesni yang secara intens membahas isu dan topik dunia akhir-akhir ini. Seperti pesan Gus Menteri pada pembukaan AICIS, dimana agama harus terus hadir untuk memberikan solusi permasalahan dunia. Rekontekstualisasi Islam penting dilakukan melalui wahana-wahana akademis dan intelektual melalui AICIS.

Apresiasi yang tinggi diberikan oleh Wakil Menteri Agama dalam sambutan acara penutupan ini atas terselenggaranya AICIS ke-21 dengan baik. Apresiasi tersebut dihaturkan dihadapan para hadirin acara penutupan, para pakar dari dalam dan luar negeri serta akademisi dari PTKI. Hadir secara langsung Rektor IAIN Ponorogo, Dr. Hj. Evi Muafiah, M.Ag.

Penelitian dan pemikiran yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam harus memberikan sumbangsih yang sejalan dengan spirit transformasi digital dalam isu-isu keagamaan. Lanjut beliau.

“Hal penting yang harus saya sebutkan dengan penuh kebanggaan, pada AICIS 2022 ini telah melahirkan dokumen penting, yaitu Bali Document. Bali yang menjadi icon masyarakat multikultural yang telah dikenal luas telah mampu menjadi katalis dengan lahirnya Bali Document yang merekam pesan perdamaian dan kesejahteraan untuk masyakarat beragama baik untuk masa kini maupun masa depan,” jelas beliau.

Wakil Menteri Agama menilai hal ini sejalan dengan tekad dari Kementerian Agama dan Pemerintah Republik Indonesia untuk terus memperjuangkan dan mengajak semua pihak untuk mewujudkan perdamian dunia.

Ada Sembilan poin Bali Document tersebut yang penulis lansir dari laman pendis.kemenag.go.id. Sembilan poin ini merupakan rekomendasi untuk kesejahteraan  masyarakat dalam  beragama baik untuk masa kini maupun masa depan. Isi Bali Document adalah sebagai berikut:

Bali Document, AICIS 21.

Future Religion in G20: Digital Transformation, Knowledge Management, and Social Resilience

  1. Tertanam dalam kesadaran manusia untuk menyadari keterbatasan dan potensi mereka, agama masa depan memberikan nilai-nilai dasar dan modalitas yang perlu kita jelajahi untuk membantu kita memahami tantangan yang kita hadapi di masa depan yang tidak diketahui dan dengan demikian menciptakan cara berpikir baru dan solusi kreatif. Nilai-nilai dan modalitas ini perlu direaktualisasi dan dikontekstualisasikan setiap saat. Dalam tradisi Islam, misalnya, ulama telah menunjukkan bagaimana perjuangan sebagai pedoman umat Islam dalam mengamalkan agamanya, dapat dikontekstualisasikan dan direaktualisasikan sesuai dengan tantangan kontemporer: al-hukm yaduru ma’a illatihi wujudan wa ‘adaman.
  2. Digitalisasi tidak dapat dihindari dan tidak dapat dihentikan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari kontemporer. itu memberi umat manusia teknologi mewah yang mempercepat perubahan dan menyebabkan banyak gangguan. Agama masa depan harus membekali pengikutnya dengan pola pikir digital yang tepat dan literasi digital yang memadai, untuk memastikan bahwa transformasi digital berlangsung secara sistematis, tepat dan transformatif, untuk memelihara kemanusiaan yang lebih baik.
  3. Pengetahuan yang tepat dan relevan adalah elemen yang sangat mendasar dari perkembangan semua masyarakat. Agama masa depan harus memastikan bahwa pemeluknya terus mencari, memperluas, dan memperdalam ilmu yang relevan dengan memperkuat budaya pembelajaran, sistem pendidikan, dan program pendidikan agama, serta memberdayakan mereka dengan karakter yang kuat dan pandangan dunia yang kosmopolitan.
  4. Untuk menjamin bahwa ajaran agama dijelaskan dan dipahami secara empiris dan kontekstual, masa depan — Peligion harus memastikan bahwa semua pungutan dan kategori program pendidikan up to date, relevan dengan kebutuhan kontemporer masyarakat digital, dan properti yang dirancang.
  5. Untuk mengejar perubahan yang cepat dan realitas yang mengganggu, anggota masyarakat perlu memiliki Kapasitas yang teratur untuk belajar, beradaptasi, dan merespons semua bentuk gagasan, ideologi, kebijakan, dan program yang muncul yang dapat membawa dampak signifikan bagi kehidupan sehari-hari mereka. kehidupan. Agama masa depan harus mengintensifkan kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menoleransi, menyerap, mengatasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai macam ancaman lingkungan, ideologi dan sosial. Para pemeluk agama, termasuk Muslim, hidup nyaman sebagai warga dunia dengan karakter senyum yang percaya diri.
  6. Agama masa depan harus berdiri bersama untuk mencegah segala bentuk intoleransi agama, radikalisme dan ekstremisme, dan | mempromosikan moderasi agama dengan mempromosikan pendidikan agama yang tepat, keadilan ekonomi dan keadilan politik.
  7. Agama masa depan harus memastikan bahwa semua masyarakat memiliki kapasitas untuk mengatasi dan mengatasi ancaman langsung, | belajar dari pengalaman masa lalu, mengantisipasi risiko masa depan dan menyesuaikan mata pencaharian mereka, berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan mengembangkan lembaga yang meningkatkan kesejahteraan individu dan mendorong ketahanan masyarakat terhadap krisis di masa depan. Dalam konteks ini, peran masyarakat sipil dan perempuan harus terus diperkuat.
  8. Modal sosial dan jaringan sosial memainkan peran kunci dalam membangun dan memelihara ketahanan sosial. Oleh karena itu, penting bagi agama di masa depan untuk mengatasi masalah ini secara konsisten, untuk meningkatkan pemahaman pribadi dan kolektif serta — kesadaran akan pentingnya membangun dan memelihara modal sosial dan jaringan sosial di tingkat lokal, nasional dan internasional.
  9. Atas dasar ukhuwwah Isiamiyyah, ukhuwwah wataniyyah dan ukhuwwah bashariyyah, agama masa depan harus bersatu | dan bekerja sama, untuk membekali umatnya dengan kapasitas dan kredibilitas yang diperlukan untuk memajukan perdamaian, mengelola kehidupan yang damai, dan pada akhirnya mencapai nilai yang sangat mendasar dari agama sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan Ii’l ‘alamin).

Bali 1 November 2022.

Berita Lainnya