Menteri Agama RI Resmikan Rumah Moderasi Agama IAIN Ponorogo

Selasa, 1 Juni 2021. Bertepatan dengan Peringatan Hari Lahir Pancasila, IAIN Ponorogo mengadakan Launching Rumah Moderasi Beragama. Acara berlangsung secara vritual dengan menggunakan zoom meeting. Gus Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama RI melalui video keynotenya secara resmi meresmikan Rumah Moderasi Beragama IAIN Ponorogo ini. Hadir secara virtual dalam acara ini adalah Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau biasa dikenal dengan Alissa Wahid. Putri Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang sekaligus aktivis kemanusiaan salah satunya Gusdurian ini memberikan penjelasan mengenai moderasi beragama yang menambah khasanah pemahaman mengenai perkembangan pengembangannya.

 

Acara diikuti oleh lebih dari enam ratus orang yang hadir secara virtual melalui zoom meeting. Acara dimulai dengan sambutan oleh Rektor IAIN Ponorogo, Dr. Hj. Evi Muaviah, M.Ag. Dalam sambutannya, Ibu Rektor berterimakasih, bersykur, dan mendukung penuh adanya Rumah Moderasi Beragama ini. Senada dengan bertepatan Hari Lahirnya Pancasila, maka diharapkan dengan adanya Rumah Moderasi Beragama ini mampu memberikan nilai-nilai Pancasila yang nantinya mampu untuk mendukung penguatan Moderasi Beragama, yang nantinya diperlukan dalam sosial kemasyarakatan. IAIN Ponorogo sebagai kampus dan tempat pengembangan ilmu diharapkan mampu menyumbang nilai-nilai dan penerapan moderasi beragama.


Acara dilanjutkan dengan video keynote yang disampaikan oleh Menteri Agama Ri, Gus Yaqut. Dalam video sambutannya, Gus Menteri pertama menyampaikan salam hangat kepada Segenap Civitas Akademika IAIN Ponorogo. Beliau menyambut baik adanya launching Rumah Moderasi Beragama IAIN Ponorogo ini. Dunia Pendidikan dalam hal ini juga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam merupakan wadah yang strategis dalam menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Menurut beliau, setidaknya ada tiga problem yang menjadi tantangan utama yang dihadapi saaat ini oleh dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Yang pertama adalah berkembangnya cara pandang dan praktek agama yang berlebihan atau ekstrim. Kedua, berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan atas sebuah tafsir agama. Dan yang ketiga, berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai Negara Keastuan Republik Indonesia. “Maka atas dasar itu, moderasi beragama menjadi salah satu solusi untuk menjadi instrumen dalam memperekat antara semangat beragama dan komitmen berbangsa” tegas beliau.

 


“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama, dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip yang adil dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa” lanjut Gus Menteri. Kehadiran Rumah Moderasi Beragama pada Perguruan Tinggi Keagamaan diharapkan mampu melakukan langkah-langkah preventif, promotif, dan kuratif baik bagi dirinya maupun masyarakat sekitar agar tidak terjebak kedalam faham dan gerakan intoleran dan ekstrimisme terlebih mengatasnamakan agama.

“Saya menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada pimpinan dan seluruh stakeholder IAIN Ponorogo atas kelahiran launching ini. Oleh karena itu, dengan mengharap ridla dan maunah Allah SWT, dan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Rumah Moderasi Beragama IAIN Ponorogo, secara resmi saya nyatakan diluncurkan” pungkas beliau, sekaligus secara resmi meluncurkan Rumah Moderasi Beragama IAIN Ponorogo.


Acara kemudian dilanjutkan dengan webinar dengan tema Moderasi Beragama, dengan mengadirkan Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau biasa dikenal dengan Ning Alissa Wahid. Acara webinar ini dimoderatori langsung oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo, Bapak Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag. Sebagai pembuka webinar, Bapak Lutfi selaku moderator memberikan gambaran perkembangan paham-paham ekstrimisme di Indonesia.


Ning Alissa Wahid, selaku pembicara kemudian memberikan penjelasan mengenai perkembangan dan pengembangan moderasi bergama ini, khususnya di Indonesia dan pada belahan dunia lain pada umumnya. Beberapa contoh-contoh kasus diceritakan oleh beliau. Bahwa pada tahap sekarang, praktik-praktik intoleran semakin banyak dan berkembang. Beliau menjelaskan bahwa, Perguruan Tinggi mempunyai peran penting dalam hal penguatan moderasi beragama.

Perguruan Tinggsi sebagai fungsi pendidikan, mampu mempersiapkan warga bangsa berperspektif Moderasi Beragama serta mampu mempersiapkan penguatannya. Selanjutya, perguruan Tinggi sebagai fungsi penelitian, mampu untuk melakukan penelitian dan pengembangan Moderasi Beragama dan sebagai objek penelitian. Sedangan sebagai fungsi pengabdian masyarakat, perguruan tinggi mampu mengarusutamakan perspektif Moderasi Beragama dalam masyarakat.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi tanya jawab, terdapat salah satu penanya dari mahasiswa yang mungkin mewakili dunia muda saat ini. Yaitu apa peran yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam konteks moderasi beragama ini. Ning Alissa menjawab, bahwa dunia sosial media khusunya dan dunia internet pada umumnya sudah banyak dipenuhi oleh konten-konten yang meghadirkan faham-faham intoleran bahkan ekstrimisme. Oleh karena ini, mahasiswa sekarang dan pemuda pada umumnya diharapkan melalui sosial medianya mampu untuk juga menghadirkan konten-konten yang dapat menguatkan moderasi beragama.


Dalam statemen penutup, Ning Alissa mengutip kata-kata Gus Dur, “Tidak boleh ada pembedaan kepada setiap warga negara Indonesia berdasarkan agama, bahasa ibu, kebudayaa, serta ideologi”.

Berita Lainnya